puisi 

Puisi-Puisi Rai Sri Artini

Ni Made Rai Sri Artini, Akrab dipanggil Rai. Lahir di Kerobokan, tanggal 17 November 1978. Beralamat di Bali tepatnya di Jalan Raya Tuka no.31 Banjar Tuka Desa Dalung Kecamatan Kuta Utara 80361 Kab.Badung – Bali. Bisa dihubungi via facebook Rai Sri Artini. Menyukai dunia sunyi puisi karena baginya, berenang ke dalam rahim puisi membuatnya kembali berpijak, seimbang dan positif.

 

Pertanyaan Kepada Rene Descartes

 

Jika tubuhmu perih, hatimu juga ?

Jika hatimu mati, tubuhmu juga ?

 

Jika tubuh dan jiwa berlainan ranjang,

Dapatkah kau menjelma sehimpun puisi?

Jika tubuh dan jiwa berbeda bilik

dapatkah mereka saling berbisik mesra

meletupkan gairah di gigil dingin atau

mementaskan senyum pada gemeretak musim?

Kemana kau bawa tubuhmu saat jiwamu pincang

dan sunyi berbait-bait menyerang gigih

selain kepada sehimpunan sajak jiwamu

( Tegaljaya, Februari 2016)

 

Menjelma Kupu-kupu

 

Seandainya pagi selalu merekam jejak kemarin,

Ingin ku memohon padanya

untuk memutar kembali jejak masa kecil

saat senyummu masih milikku

entah berapa purnama harus disuguhkan

sampai aku menjelma kupu-kupu

Ya. Kupu-kupu

Kupu-kupu pemantik gairahmu

( Februari 2016 )

 

Malam yang Ingin Kubunuh Denganmu

 

Duduklah di sini, sayang

mari kita bunuh malam bersama

dan bakar gelapnya di tungku yang tabah

                     

Di kepalaku, sisa pesta lalu berurat erat

Lukanya menari giris menjarah nafas

inginku tanggalkan perihnya bersamamu

berenang ke dalam dadamu menenggak embun doa

di biliknya

memetik rumpun puisi di jantungmu

lalu kau baringkan letih senduku di peraduan

Kau biarkan aku melesak ke dalam tubuhmu

yang sunyi yang hujan yang liar

Ku biarkan kau mengecup kuntum bisu di ranum pipiku

meretakkan tuang-tulang risauku

mengulum sepi bibirku

dan meniup sekawanan renjana di kantong mataku

Kucur kata kata melompat dari butir peluhmu

peluhku

kita tlah habiskan cangkir demi cangkir tubuh malam

dengan cara yang elegan

Kau, aku tlah memastikan

kita satu tubuh,

tubuh sajak yang tak henti mengunyah gelap malam

(Tuka, februari 2016)

 


 

 

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

seventeen + 4 =